Istriku, Terima Kasih Karena Membuat Anak-anak Kita Sehat
Ini perkongsian seorang penulis popular Indonesia Fahd Pahdepie. Penulisannya banyak berkisar tentang keluarga, motivasi diri serta ketuhanan.
ISTRIKU, TERIMA KASIH KARENA MEMBUAT ANAK-ANAK KITA SEHAT
Seperti hari-hari biasanya pagi tadi saya mengantar Kalky ke sekolah. Di pintu kelas, Miss Yasmine menyambut Kalky dengan senyum terbaiknya. “Show me how strong you are?” Pinta guru asal Sri Langka itu.
Tanpa ragu, sambil tersenyum bangga, Kalky mengangkat kedua tangannya dan menirukan gerakan bak binaragawan. “I am big and strong!” Teriaknya.
Kami tertawa menyaksikan Kalky. Setelah diberi isyarat oleh gurunya, Kalky bergegas masuk ke ruang kelas, menyimpan tasnya di loker, lalu bergabung dengan anak-anak lainnya untuk bermain.
Sebelum saya pamit, kali ini Miss Yasmine memberi saya selebaran berisi informasi pengecekan kesehatan dan imunisasi untuk anak-anak usia empat tahun. “Apakah Kalky sudah cek kesehatan dan diimunisai lagi?” Tanyanya.
Saya menggelengkan kepala. “Belum,” jawab saya. “Rencananya minggu depan.”
“Oh, bagus kalau begitu,” Jawab Miss Yasmine, “Tenang saja. Kalky akan baik-baik saja dan lolos semua pemeriksaan kesehatan. He is a very healthy boy! Kalky pasti memiliki ibu yang hebat dan perhatian sekali,” katanya.
Saya hanya tersenyum. “Thank you for the information,” ujar saya sambil mengangkat selebaran yang tadi diberikan. Kemudian saya pamit pulang, “I’ll let you know if we’ve done the check up and immunisation.”
Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah Kalky, kalimat Miss Yasmine terus terngiang di benak saya. Bangga rasanya memiliki anak yang dianggap sehat oleh gurunya di sekolah. Tetapi saya baru menyadari bahwa ternyata saya tak begitu banyak berperan dalam menjaga kesehatan anak-anak.
Sebagai kepala keluarga, waktu saya lebih banyak dihabiskan di luar rumah atau seorang diri ketika mengerjakan sesuatu di ruangan pribadi saya. Anak-anak lebih sering bersama-sama Rizqa. Dia yang lebih banyak mengurusi segala sesuatunya tentang anak-anak: Mulai dari makanan, minuman, buah-buahan, pilihan pakaian, hingga berbagai jenis lotion, bedak, cologne, sun screen bahkan gel rambut. Saya hanya tahu bahwa anak-anak sehat, terawat, dan wangi!
Suatu hari kami mengunjungi Maternal and Child Health Center, semacam Posyandu, untuk menimbang berat dan tinggi badan Kemi. Waktu itu Kemi baru berusia dua bulan. Sebulan sebelumnya, timbangan Kemi hanya 3.375 kg. Sebulan kemudian, timbangannya naik jadi 4.715 kg. “You are a very good mother! You did an excellent job!” Kata Si Bidan pada Rizqa. Kemi dinyatakan sangat sehat dengan pertumbuhan yang sangat baik, dalam program ASI ekslusif.
Lagi-lagi, saya hanya bisa tersenyum bangga. Kecuali main-main sebentar dan berusaha memenuhi semua kebutuhan mereka, saya merasa tak terlibat banyak dalam merawat dan memantau kesehatan anak-anak dari hari ke harinya. Rizqa lah yang melakukan semuanya.
Di sanalah saya menyadari sesuatu: Barangkali memang naluri seorang ibu merawat anak-anaknya dengan baik. Tetapi jika mereka melakukannya dengan sangat baik, sepenuh cinta yang mereka miliki, sehingga membuat anak-anak tetap sehat dan tak kekurangan suatu apapun… sesungguhnya para ibu ini telah sangat membantu dan meringankan beban suaminya, kan?
Bayangkan jika para ibu tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Bayangkan jika kesehatan anak-anak tidak terjaga. Bayangkan jika anak-anak tak terawat dengan baik… Misalnya jika anak-anak ini sakit, berapa banyak waktu yang mesti disisihkan para ayah untuk menunggui anak-anak itu? Jika sakitnya agak serius, bayangkan berapa banyak dana yang mesti dikeluarkan untuk menyembuhkan anak-anak itu? Bayangkan juga berbagai kerepotan yang menyertainya.
Maka, jika anak-anak sehat dan baik-baik saja, menurut saya, seharusnya para suami berterima kasih kepada istri mereka. Karena peran mereka dalam menjaga dan merawat anak-anak telah membuat kita… para ayah… memiliki banyak waktu luang, banyak waktu senggang, serta tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang untuk berbagai biaya pengobatan ini dan itu. Jika anak-anak sehat, mungkin para suami sering merasa bangga sekaligus bersyukur… tetapi jarang sekali mereka berterima kasih kepada istri-istrinya!
Setibanya di rumah, saya membuka pintu dengan hati-hati. Waktu itu Rizqa sedang mengganti diapers Kemi. Saya mendekatinya dengan senyuman.
“Mi, terima kasih banyak, ya?” Ujar saya.
Rizqa tampak keheranan, “Terima kasih kenapa?” Dia balik bertanya.
“Terima kasih karena membuat anak-anak kita sehat.”
Melbourne, 11 Maret 2015
*Foto: Kalky, my little Batman. My big and strong boy!